Diberdayakan oleh Blogger.
Home » » Izinkanku Membawamu Pergi

Izinkanku Membawamu Pergi

Written By Iji Jaelani on Minggu, 20 Desember 2015 | 08.03


sastera Indonesia, sastera sufi, sastera pergerakan
kau anomali atas logika yang ada
Izinkan aku sekali ini, mengeja kata per kata untuk merasakan derasnya kehadiranmu yang selama ini kuenyahkan

Izinkan kubersandar atas segala kerapuhan, hitungan langkah yang terlunta, tatapan mata yang nanar menghadapi jauhnya fatamorgana.

Tugas ini seakan menyilaukan, lupa bahwa kau tempatku bercengkrama dan bermanja dalam peraduan. 


Berarak aku menjadi figuran atas pementasan parodi drama komedi negeri ini.
Saling mabuk kepayang, telanjang saling serang di medan perang. 
Satu persatu para panglima disandera kebebalan. 
Para bandar kalang kabut, dikejar kejar polisi dan penegak anti korupsi. 
Para martir muda terlalu polos, tak kuasa masuk arena, lantas balik kanan dan lari, layu sebelum berkembang, menua, mengering, mati. 
Sementara tukang akrobat, para penyamun, para budak, dijebak oleh sabotase aturan yang memabukkan, saling tipu, saling sikut, saling jilat.

Persetan dengan semua sandiwara itu, gurauan kecil yang kadang menggelikan. 
Persetan dengan semua oportunisme itu, sewaktu memegang bangku perkuliahan menjadi sosialis, beranjak menua menjadi penganut kapitalisme yang taat. 
Hanya untuk mencari makan kemudian saling memakan, hanya untuk mengejar kehomatan lantas menggadaikan kehormatan, hanya untuk mencari kemerdekaan kemudian memenjarakannya di ruang sepi.

Semua rancang bangun dan kejatuhan itu mengingatkanku pada surat-surat yang kau kirimkan padaku, persis sekali. 
Kau mengingatkan padahal ku tak melihat, mendengarkan padahal ku tak bicara, memelukku padahal aku jauh, mengambil hatiku nyaris seperti takluknya Belanda pada Jepang tujuh dasawarsa yang lalu. 
Aku semakin melihat dengan jelas kamu memang anomali atas logika yang ada, kasihku.

Maafkanku kali ini kembali berperan pada teater negeri. Izinkanku membawamu pergi, jangan sampai aku kembali lagi lupa arah, lupa tujuan, lupa kendali, lupa strategi, lupa harapan. 
Mewakili semua rinduku, aku tak mau kehilanganmu kembali.

Bandung, 18 Desember 2015

0 komentar:

Posting Komentar