Diberdayakan oleh Blogger.
Home » » Gerakan PMII Membaca Ulang Lokalitas

Gerakan PMII Membaca Ulang Lokalitas

Written By Iji Jaelani on Selasa, 28 April 2015 | 18.11

Gerakan PMII dalam Konteks Lokal[1]


gerakan sosial PMII, PMII adalah, PMII Kota bandung, gerakan mahasiswa PMII, strategi gerakan PMII, arah gerakan PMII, paradigma gerakan PMII, nilai dasar pergerakan PMII,
Lokalitas Kota Bandung

Gerakan PMII merupakan satu sinergitas gerakan yang dilakukan dengan berbagai kondisi objektif, baik spirit nilai, kerangka paradigmatic, dan kerangka strategi dan kerangka taktik gerakan.  Di satu sisi, bangunan nilai dasar pergerakan dan ahlusunnah waljamaah dihadapkan pada kondisi kekinian baik konteks global, nasional, maupun local.

Di sisi lain, gerakan PMII ditantang oleh kondisi kekinian yang sangat kompleks, baik persoalan krisis gerakan intelektual, jebakan kapitalisme yang mewujud pada perebutan ruang-ruang politik dan perebutan sumber-sumber ekonomi, dan juga pada ketidakbedayaan melakukan daya tawar PMII yang konkrit bagi perjuangan jangka panjang, baik system kaderisasi yang massif untuk 5 tahun mendatang, daya tawar PMII untuk ekonomi politik kekinian, dan perjuangan kedaulatan nasional yang mulai dirongrong pihak asing.



Untuk konteks gerakan PMII kota Bandung, prakondisi konsolidasi gerakan itu bisa dimulai dari pembacaan ekonomi politik kota Bandung, kondisi objektif PMII kota Bandung, baik kondisi internal dan eksternal, hingga, resolusi-resolusi yang digagas dan digerakkan, baik yang sudah, sedang, maupun yang akan dilakukan. Pemahaman dan konsolidasi atas geopolitik dan ekonomi politik ini akan mampu menciptakan gerakan lokalitas PMII kota Bandung benar-benar menjadi organisasi gerakan mahasiswa yang progressif mengawal ke-Islaman, ke-Inonesiaan, dan kemanusiaan.

A.    Pembacaan Kondisi Lokalitas Kota Bandung 

gerakan sosial PMII, PMII adalah, PMII Kota bandung, gerakan mahasiswa PMII, strategi gerakan PMII, arah gerakan PMII, paradigma gerakan PMII, nilai dasar pergerakan PMII,
Pembacaan Lokalitas Kota Bandung
Secara geopolitik, kota Bandung merupakan kota metropolitan yang konsentrasi di wilayah industri dan jasa. Pembacaan kota Bandung sebagai wilayah jasa dan industry ini tentunya tidak bisa dilepaskan dari watak modernisasi yang melingkupinya, yakni individualis, rasional, dan syarat akan dominasi akumulasi modal. Begitu juga secara ekonomi politik, pertarungan antara kekuatan modal dan kekuatan intelektual sebagai bagian ta terpisahkan dari modernisasi kota Bandung ini menjadi keniscayaan yang tak bisa dipisahkan dalam perjuangan gerakan PMII itu sendiri, baik perjuangan kaderisasi maupun perjuangan advokasi.

Fenomena yang bisa diambil misalnya, di bidang ekonomi munculnya kekuatan investasi di bidang pariwisata, industry dan jasa sebagai penyangga ekonomi kota Bandung. Pada sisi budaya, hadirnya kekuatan budaya local yang santun, gotong royong, kreatif, dan menyukai egaliarianisme mewarnai kota Bandung sebagai kota kreatif dan aktif, baik dari sisi seni dan budaya, berhadapan dengan budaya serapan yang westernian cenderung membuat kota Bandung menjadi metropolitian, heterogen, individualistik, sehingga tidak bisa dengan mudah dikonsolidasi oleh satu system budaya dan kebijakan.

Pada sisi politik, munculnya sosok pimpinan yang teknokratis turut mewarnai berbagai kebijakan yang dilakukan. Hubungan teknokrasi dengan investasi misalnya, melahirkan kebijakan lingkungan yang ramah, juga dilandasi semangat komerasialisasi yang ccendeng mengedepankan bangunan infrastruktur di banding dengan sisi kewargaannya. Kekuatan kota Bandung yang lain adalah media yang aktif menjadi satu pencerahan dalam bidang informasi dan berita. Irisan antara kepentingan pemilik modal dan infomasi yang berimbang juga turut menjadi penentu gerakan perubahan kota Bandung

Pada sisi lain, gejala internal gerakan mahasiswa di kota Bandung itu sendiri masih dihaapkan pada jebakan  kapital yang menggiurkan sekaligus menjadi racun, termasuk di dalamnya PMII Kota Bandung. Pada konteks inilah idelogogi kebangsaan sebagai perekat dan kekuatan utama gerakan masih terus diuji dalam men-counter skema kapital di Kota Bandung. Paling tidak, gerakan ekstraparlementer kota Bandung disuguhkan pada racun modernisasi tersebut, yakni kontradiksi ekonomi yang bermuara pada perebutan sumber ekonomi, dan kontraiksi politik yakni perebutan struktur politik, juga termasuk di dalamnya relasi politik.

Tentu tidak semuanya bisa digeneralisasi secara hitam putih karena watak kota Bandung yang modern pun memiliki kolerasi yang positif dengan gerakan-gerakan ekstraparlementer, baik gerakan issue lingkungan, issue hukum, issue gender, dan gerakan mahasiswa termasuk di dalamnya  PMII itu sendiri. Kuatnya kesadaran ilmiah di gerakan mahasiswa misalnya, mampu menjadi penegas arah perjuangan, telepas dari konflik dan masalah-masalah internal yang melingkupinya. Kesadaran kuat atas konsolidasi pengetahuan, pembangunan jejaring gerakan, dan kuatnya mekanisme kepemimpinan dan political will yang dilakukan, merupakan suatu kekuatan yang bisa dijadikan pelopor gerakan-gerakan di kota Bandung.

B.     Analisa Gerakan PMII Kota Bandung 

Perjuangan geakan PMII di Kota Bandung, pada dasarnya merupakan hubungan interaksi antara factor eksternal yang mempengaruhi, dengan kekuatan internal PMII sebagai factor penentu. Maka dalam hal ini, pembacaan kondisi objektif PMII kota Bandung pun merupakan pembacaan yang sangat menentukan dalam pembangunan strategi dan taktik gerakan PMII di Kota Bandung.  

Analisa Gerakan PMII Kota Bandung
Secara umum, analisa gerakan ini bisa diklasifikasi melalui kekuatan, kelemahan, tantangan, harapan.

a.      Kekuatan 

Secara general, kekuatan utama PMII Kota Bandung ditopang oleh budaya ilmiah yang progressif, serta system kaderisasi yang terawat, dan budaya gerakan yang terpimpin dan terorganisir, pembangunan jejaring dengan aliansi-aliansi lain. Budaya ilmiah progressif di antaranya dengan massifnya system diskusi di rayon-rayon, komisariat, dan cabang.
Diskusi di rayon mengurai system nilai ke-PMII-an, kebangsaan, dan ke-Islaman, terutama di dalamnya mengurai filsafat dasar sebagai pijakan bepikir, diskusi kelimuan dan wacana progressif, kajian ke-Islaman, bedah buku, diskusi fakultatif sesuai kebutuhan rayon,  diskusi berbasis issue, misalnya issue gender, issue HAM, dan issue kemahasiswaan.

Di tingkat komisariat, diskusi yang dilakukan berupa pemetaan atas kenyataan social, ekonomi, maupun politik dan kebudayaan, kebijakan-kebijakan kampus, advokasi kebiajakan, maupun pembangunan aliansi gerakan mahasiswa tingkat kampus. Begitu pula dengan diskusi cabang, konten kajian bersama isesuaikan dengan pembacaan lokalitas kota Bandung, dengan perbandingan analisa nasional dan global sehingga muncul kebijakan oganisasi, baik persoalan kaderisasi, pembangunan jejaring dan aliansi gerakan, serta pembangunan gerakan pesantren dan gerakan lintas iman.

Misalnya, kebijakan konflik KPK Vs Polri, kebijakan bulog, kenaikan BBM, dan penyikapan atas konferensi Asia Afrika yang beberapa waktu dilakukan, pembangunan front bersama Front Pejuangan rakyat (FPR), aliansi cipayung, Flads, kerjasama dengan BNPT untuk melakukan advokasi terhadap radikalisme ISIS, Kerjasama dengan Civic Islam untuk konsen di Fiqih Kebangsaan dan beberapa hal lain merupakan akumulasi dari budaya ilmiah yang pogressif.  

Pada sisi yang lain, mulai menguatnya konsolidasi internal dengan basis hingga alit PMII merupakan kekuatan segar yang mampu bersinergi menjadi sebuah strategi gerakan PMII jangka panjang. Meskipun belum menjadi sebuah front yang dilembagakan, akan tetapi pontensi-potensi yang ada di dalamnya mampu menjadi actor yang leading di sector masing-masing. Konsolidasi atas perlunya kesadaran akan sinergitas perjuangan ini mewujud menjadi system keterpimpinan yang terorganisir dan mampu meminimalisir domanisi kepentingan-kepentingan inividu di dalamnya.

b.      Kelemahan

Meskipun di satu sisi PMII Kota Bandung sedang kembali pulih dari persoalan panjangnya di internal, akan tetapi beberapa kelemahan tetap saja ada, keleman tersebut di antaranya sebagai berikut.  

1)      PMII Kota Bandung memiliki corak revolusioner dalam gagasan, akan tetapi reformis dalam gerakan sehingga gerakan yang dilakukan hanya bersipat parsial dan tidak berkelanjutan. Watak reformis dalam gerakan tersebut misalnya karena di internal PMII masih terdapat beberapa pola yang terjebak di elitisme gerakan dan tidak bermuara pada agenda kaderisasi dan setting gerakan jangka panjang. 

2)      PMII Kota Bandung tidak masih terkendala oleh sinergitas jaringan gerakan yang kuat mulai ari Pengurus Rayon (PR), Pengurus Komisariat (PK), Pengurus Cabang (PC), Pengurus Koordinator Cabang (PKC), hingga Pengurus Besar (PB) PMII. Hal ini karena pola sistem jaringan yang dominasi faksi golongan masih kuat, dibangun lebih bersifat kepentingan golongan ketimbang ideologi.

3)      Pengelolaan sumber daya ekonomi yang masih belum bisa mandiri. Absennya sumber-sumber ekonomi gerakan menyebabkan PMII Kota Bandung harus kembali menggantungkan diri pada kantong-kantong senioritas dan anggaran program kerjasama dengan pihak lain yang sevisi perjuangan.

4)      Absennya ruang ekonomi menjadi kendala bagi Sumber Daya Manusia (SDM) yang hadir di dalamnya, terutama pengurus yang dihadapkan pada persoalan kebutuhan dasar yang tidak bisa dipenuhi dari ruang-ruang gerakan. Kondisi ini menyebabkan seleksi alam yang didasarkan pada kepentingan ekonomi dan profesi sehingga turut mengganggu massifnya gerakan PMII Kota Bandung.

5)      Diaspora gerakan yang lemah, yakni pola multi level strategi untuk penguasaan lini sector masih belum berjalan secara efektif dan efisien. Fenomena menumpuknya kader potensial dan berkebutuhan khusus karena ruang ruang gerak yang terbatas menjadi salah satu kendala yang menghambat perjuangan PMII jangka panjang.

c.       Tantangan

Kebijakan-kebijakan dan budaya PMII yang terjadi di internal cabang itu sendiri kini berangsur pulih dan membaik. Begitu pula pembangunan jaringan aliansi dan konsentrasi cabang pada issue-issue strategis menjadi angin segar yag berdampak paa peningkatan kualitas kader dan kualitas organisasi. Akan tetapi, PMII masih dihadapkan pada tantangan yang hadir di depan mata, misalnya daya tawar PMII menghadapi issue nasional  seperti MEA, Konferensi Asia Afrika, dan berakhirnya pogram MDG’s yang terjadi pada tahun ini,  pengawalan atas kebijakan-kebijakan stake holder mengenai infrastruktur berpola developmentalisme, pengembangan kaderisasi di kampus-kampus umum yang masih minim, leading sector di jaringan sesama aktivis, LSM, lintas iman, dan media, serta perjuangan riil dengan basis marginal warga kota Bandung.

d.      Harapan
Berbagai kondisi tersebut di atas merupakan kondisi kekinian yang harus segera direspon dan diantisipasi, kecuali jika PMII Kota Bandung hanya akan menjadi pelengkap kebijakan dan issue yang berkembang, bahkan hanya menjadi organisasi gerakan yang absurd karena tidak memiliki format strategi dan taktik gerakan. Tentunya selama PC PMII Kota Bandung memiliki format stategi dan kebijakan organisasi yang terpimpin dan terorganisi serta memiliki system kaderisasi yang massif, maka PMII Kota Bandung masih bisa menjadi element pelopor untuk melakukan gerakan perubahan di kota Bandung sesuai dengan NDP dan prinsip ahlusnnah waljamah, kebangsaan, dan kemanusiaan.

gerakan sosial PMII, PMII adalah, PMII Kota bandung, gerakan mahasiswa PMII, strategi gerakan PMII, arah gerakan PMII, paradigma gerakan PMII, nilai dasar pergerakan PMII,
Gerakan PMII berbasis Lokalitas
Melalui tulisan ini, PMII diharapkan mampu mempeketat system administasi sebagai control atas ruang masuknya kepentingan subjektif dan intrik di dalamnya, memperkaya diaspora gerakan dan distribusi kader, serta melakukan moderniasi gerakan, baik di ruang kaderisasi, kerangka paradigmatic, kebijakan politik, maupun strategi pergantian kepemimpinan. Begitu pula dengan hubungan  dengan ruang-ruang public di kota Bandung, PMII diharapkan siap tampil menjadi garda depan melakukan gerakan, baik secara organisasi, maupun skill individu. Untuk itu, peningkatan kapasistas kader melalui serangkaian pengetahuan dan pengalaman praktik menjadi prasyarat untuk terbentuknya individu dan organisasi maju.

Semua kerangka pemikiran ini merupakan sebuah refleksi dan analisa. Sebagus dan seburuk apapun kerangka pmikiran, pada akhinya akan diuji dan ditentukan di dalam kerja praktek di lapangan. Semua hal ini bergantung kepada komitmen bersama dalam melakukan konsistensi gagasan dan gerakan PMII Kota Bandung saat ini dan masa depan.

Tangan terkepal dan Maju Ke Muka,,,,, Lawan!!!!
Salam Juang,
Iji Jaelani[2] 




[1] Ditulis sebagai prasyarat mengikuti Pelatihan Kader Lanjut (PKL) di PC PMII Kabupaten Bandung bulan April 2015
[2] Biro Kaderisasi PC PMII Kota Bandung Periode 2015-2016

0 komentar:

Posting Komentar